“Museum Subak Mandala Mathika terdapat di desa Sungulan Tabanan”
SISTEM subak merupakan
suatu warisan budaya Bali yang berupa sistem irigasi yang mengatur
pembagian pengelolaan airnya yang berdasarkan pada pola-pikir harmoni
dan kebersamaan yang berlandaskan pada aturan-aturan formal dan
nilai-nilai agama.
Pengelolaan sistem irigasi konvensional
cenderung hanya berdasarkan pada konsep-konsep efisiensi berdasarkan
aturan-aturan formal, dengan pola pikir ekonomik.
Sementara itu, keunggulan sistem subak adalah konsep-konsep efektivitas,
nilai-nilai religi, dan pengelolaan sistem irigasi yang berlandaskan
harmoni dan kebersamaan, ditata secara baik dan fleksibel. [1]
Latar belakang didirikannya organisasi
ini beberapa ribu tahun yang lalu karena lingkungan topografi dan
kondisi sungai-sungai di Bali yang curam. Hal ini menyebabkan sumber air
pada suatu komplek persawahan petani umumnya cukup jauh dan terbatas.
Untuk dapat menyalurkan air ke sebuah
kompleks persawahan, mereka harus membuat terowongan menembus bukit
cadas. Kondisi inilah yang menyebabkan para petani Bali menghimpun diri
dan membentuk organisasi Subak.
Subak dipimpin oleh seorang Kelian Subak
atau Pekaseh yang mengoordinasi pengelolaan air berdasarkan tata tertib
(Bahasa Bali: awig-awig) yang disusun secara egaliter.
Saat irigasi berjalan baik, mereka
menikmati kecukupan air bersama-sama. Sebaliknya, pada saat air irigasi
sangat kecil, mereka akan mendapat air yang terbatas secara
bersama-sama.
Jadwal tanam dilaksanakan secara ketat.
Waktu tanam ditetapkan dalam sebuah kurun tertentu. Umumnya, ditetapkan
dalam rentang waktu dua minggu. Petani yang melanggar akan dikenakan
sanksi.
Untuk memperoleh penggunaan air yang
optimal dan merata, air yang berlebihan dapat dibuang melalui saluran
drainasi yang tersedia pada setiap komplek sawah milik petani.
Sementara itu, untuk mengatasi masalah kekurangan air yang tidak terduga, mereka melakukannya dengan cara-cara seperti:
- Saling pinjam meminjam air irigasi antar anggota subak dalam satu subak, atau antar subak yang sistemnya terkait.
- Melakukan sistem pelampias, yakni kebijakan untuk memberikan tambahan air untuk lahan sawah yang berada lebih di hilir. Jumlah tambahan air ditentukan dengan kesepakatan bersama.
- Melakukan sistem pengurangan porsi air yang harus diberikan pada suatu komplek sawah milik petani tertentu, bila sawah tersebut telah mendapatkan tirisan air dari suatu kawasan tertentu di sekitarnya.
- Jika debit air irigasi sedang kecil, petani anggota subak tidak dibolehkan ke sawah pada malam hari, pengaturan air diserahkan kepada pengurus Subak..
Beberapa tahun yang lalu, revolusi hijau
telah menyebabkan perubahan pada sistem irigasi tradisional, dengan
adanya varietas padi yang baru dan metode yang baru, para petani harus
menanam padi sesering mungkin, dengan mengabaikan kebutuhan petani
lainnya. Metode yang baru pada revolusi hijau ini pada
awalnya menghasilkan hasil panen yang melimpah, tetapi kemudian diikuti
dengan kendala-kendala seperti kekurangan air, hama dan polusi akibat
pestisida baik di tanah maupun di air.
Sistem Subak memiliki karakteristik unik
apabila dibandingkan dengan sistem tradisional lainnya, yaitu selalu
memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik atau Pura Bedugul yang
khusus dibangun oleh para petani untuk memuja Tuhan. Keberadaan
pura-pura ini sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih para petani
yang ditujukan untuk memuja Dewi Sri sebagai manifestasi Tuhan YME
sebagai dewi kemakmuran dan kesuburan.
Dengan selalu mengutamakan pola-pikir
harmoni dan kebersamaan yang berlandaskan pada aturan-aturan formal dan
nilai-nilai agama diharapkan sistem irigasi tradisional subak ini dapat
membendung pengaruh luar untuk menjaga eksistensinya di masa yang akan
datang.
Permasalahan Masa Kini Sistem Subak : Pengaruh Faktor Ekonomi
Penelitian yang dilakukan Sigit Supadmo
Arif, dkk. terhadap sistem subak di Bali menunjukkan bahwa faktor
ekonomi sangat mempengaruhi perubahan-perubahan yang terjadi pada
lembaga tersebut. [2,3]
Oleh karenanya, antisipasi yang harus
dilakukan untuk mampu melestarikan sistem subak di Bali adalah dengan
melakukan pendekatan-pendekatan ekonomi.
Misalnya, pertama, memperkuat lembaga
ekonomi seperti koperasi tani, lembaga perkreditan subak, dan lain-lain
yang ada pada sistem subak. Langkah kedua adalah dengan meringankan
beban ekonomi anggota subak. Langkah ketiga adalah dengan berusaha
meningkatkan semangat kerja para pekaseh untuk mengurus pengelolaan
sistem irigasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan honorarium
bagi para pekaseh.
Dalam kaitan dengan permasalahan ekonomi
ini, tentu saja kemauan politik dan uluran tangan dari pihak Pemprop
Bali sangat penting dalam menjaga keberlangsungan sistem subak di Bali.
Sejarah subak di Bali pada masa kerajaan terdahulu terlihat jelas
peranan raja-raja sangat berpengaruh dalam perkembangan dan
keberlangsungan subak untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
KESIMPULAN
Subak sebagai lembaga yang berwatak
sosio-kultural memiliki kekuatan dan kearifan, yakni fleksibel dan mampu
menyerap teknologi pertanian maupun menyerap kebudayaan yang berkembang
pada masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, setiap kegiatan dalam
subak selalu mencerminkan keseimbangan hubungan yang harmonis dan serasi
sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa yaitu Tri Hita Karana.
Bali mempunyai potensi besar dalam bidang
pertanian, hal itu dilihat dari posisi geografis dengan empat danau
besar yang mampu memberikan pembagian air secara merata. Tiga buah danau
yang meliputi Danau Beratan, Buyan, dan Tamblingan berfungsi sebagai
sumber air bagi Bali tengah, barat, dan selatan. Sementara Danau Batur
di Bangli sebagai sumber air di Bali timur.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat
menyebabkan sistem pertanian di Bali berubah dari sistem tradisional ke
sistem pertanian konvensional, sekaligus tanah yang tadinya subur
berubah menjadi tidak subur karena banyak keanekaragaman hayati
hilang. Tanaman jeruk yang tadinya menjadi tumpuan hidup masyarakat
tidak lagi bisa berkembang, dan mangga yang tadinya manis berubah
menjadi masam. Oleh sebab itu, pengembangan pertanian organik yang
dirintis Pemerintah Provinsi Bali akan mampu mendukung upaya
mengembalikan kesuburan tanah, sekaligus pelestarian alam dan seni
budaya, terutama yang terkandung dalam subak.
Referensi :
1. Wayan Windia, Pergeseran Subak, dari Harmoni ke Ekonomi ; Sustainability of “Subak” Irrigation System in Bali.
2. Arif, S.S.1998. Keberlanjutan Sistem Irigasi dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (Studi Kasus di Jawa dan Bali)
3. Arif,S.S.l999. Applying
Philosophy of Tri Hita Karana in Design and Management of Subak
Irrigation System, dalam A Study of the Subak as Indigenous
Cultural, Social, and Technological System, to Establish a Culturally
based Integrated Water Resources Management Vol.III (ed: S. Susanto),
Fac. of Agric.Technology, Gadjah Mada Univ, Yogya.
4. http://rumahtani.multiply.com
5. Kompas, Subak Bali Sistem Pengairan Terbaik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar