Kamis, 17 November 2011

Masalah Sistem Trasportasi di Bali

Oleh : Andi Rahma

Bali sejak dulu dikenal sebagai pintu gerbang pariwisata di Indonesia. Kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap aset pariwisata yang harus selalu di jaga-Budaya dan kelestarian keindahan alamnya, membuat masyarakat Bali memegang teguh konvensi yang berasal dari budaya yang juga berasal dari aturan agama Hindu Bali. 

Selain mengatur tentang tata hubungan kemasyarakatan, budaya Bali juga mengatur tentang bangunan dan jalan. Hal inilah yang menyebabkan lebar dan jaringan jalan di Bali sangat terbatas. Kondisi yang sangat mendukung bagi dikembangkannya konsep sistem transportasi berkelanjutan.


Sayangnya, sistem transportasi publik di Bali belum tertata dengan baik. Beberapa daerah pariwisata, seperti di Nusa Dua misalnya, bahkan tidak dapat diakses oleh angkutan umum. Sama sekali tidak disediakan angkutan umum yang dikelola oleh otoritas daerah itu yang dapat digunakan sebagai bagian dari feeder sistem angkutan umum yang melintasi daerah tersebut. Hal ini sangat menyulitkan akses masyarakat setempat yang tidak memiliki kendaraan bermotor ke wilayah itu. Padahal, sektor pariwisata menjadi mata pencaharian yang dominan bagi masyarakat Bali.

Di samping itu, keadaan topografi daerah Bali yang relatif berbukit-bukit menjadikan perjalanan dengan kendaraan tidak bermotor maupun berjalan kaki tidak begitu disukai di Bali. Hal ini jugalah yang menyebabkan becak tidak populer sebagai alat transportasi rakyat, sebagaimana yang terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. Hanya sebagian kecil masyarakat Bali yang menggunakan sepeda ataupun berjalan kaki untuk menempuh jarak perjalanan yang pendek. Justru turis asing yang lebih banyak menggunakan fasilitas pejalan kaki yang terdapat di hampir semua ruas jalan di Bali.

Akibatnya, motorisasi melanda sebagian besar masyarakat Bali. Masalah lingkungan dan sosial akibat tekanan motorisasi yang terjadi di Bali cukup merisaukan para perencana transportasi lokal. Kemacetan lalu lintas pun menjadi warna keseharian di Bali, terutama pada saat-saat jam sibuk pagi maupun sore. Di satu sisi, kemacetan menjadi pembatas alamiah terhadap tingkat pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi. Namun, di sisi lain eksternalitas negatif yang ditimbulkannya sangat besar dan menjadi bahaya laten terhadap masa depan pariwisata di Bali.

Pembenahan sistem transportasi di Bali harus dilakukan secara menyeluruh dengan memperhatikan kondisi lokal. Integrasi sistem angkutan publik, baik dengan sistem angkutan yang dimiliki otorita satu wilayah tertentu maupun dengan moda kendaraan tidak bermotor (melalui sistem park and ride) menjadi salah satu jalan keluar terbaik untuk mengatasi permasalahan transportasi yang ada di Bali saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar